Kamis, 18 November 2010

VALENCIA – Juara dunia Moto2, Tony Elias akhirnya naik lagi ke level para raja, MotoGP, setelah semusim ‘turun kelas’ di level Moto2.

Seperti biasa banyak kisah kurang menyenangkan yang harus dilalui rider 27 tahun ini saat menunggangi motor dengan kapasitas lebih besar dari sebelumnya.

Dalam sesi latihan bebas yang digelar di sirkuit Ricardo Tormo, Valencia, Elias masih belum bisa mengendalikan torsi besar Honda RC211V yang akan digebernya nanti.

Indikasi ini merujuk pada catatan waktunya yang berada di peringkat terbuncit dalam sesi uji-coba kemarin. Lalu, apa reaksi Elias atas hasil mengecewakan ini?

“Saya sama sekali tidak berkecil hati. Saya hanya perlu ketenangan serta membiasakan diri untuk mengatasi semua ini agar bisa tampil kompetitif lagi musim depan,” uacp Elias enteng seperti dikutip MCN, (Kamis 18/11/10).
Cal Crutchlowmerasa siap dengan karir barunya sebagai pembalap MotoGP. Mulai 2011, pembalap superbike Inggris ini akan mengawali kiprahnya di balapan motor paling bergengsi itu bersamatim Yamaha Tech 3. Ia akan menggantikan posisi Ben Spies yang ditarik ke Fiat Yamaha setelah tim tersebut ditinggalkan sang maestro Valentino Rossi, ke Ducati.
Langkah pertama Cal Crutchlow adalah mencoba Yamaha M1 seperti yang digunakan Rossi dan juara dunia Jorge Lorenzo di sirkuit Fukuroi, Jepang akhir pekan silam. Pemuda berusia 24 tahun itu baru akan melakukan tes resmi dengan tim Tech 3 seusai seri terakhir di Valencia, Spanyol, bulan depan.

“M1 sudah pasti jauh lebih kecil dibandingkan superbike R1 saya. Saya merasa lebih nyaman dengan posisi mesin dibanding superbike saya. Tenaganya terasa lebih besar dan berguna,” ungkap Cal Crutchlow.

Kebetulan sekali saat itu cuaca di Jepang berubah-ubah sehingga Cal Crutchlow sehingga Crutchlow bisa mencoba motor saat hujan dan panas. Namun, kondisi cuaca itu dinilainya kurang pas sehingga ia tidak bisa memacu motornya dengan maksimal.

Beberapa pembalap memang akan melakukan tes seusai GP Valencia, 7 November. Sebut saja Rossi, yang akan menjajal Ducatinya, serta Cesey Stoner, yang akan mencoba Hondanya. Pihak Yamaha sendiri awalnya sempat melarang Rossi melakukan tes dengan tim baru sebelum kontraknya selesai akhir tahun ini. Namun, akhirnya juara dunia 7 kali itu mendapat izin untuk tes dengan Ducati.

Sementara itu, manajer tim, Vittoriano Guareschi, mengaku telah mempersiapkan tes bahkan sebelum izin resmi dari Yamaha keluar.

“Kami selalu berpendapat tes di Valencia harus tetap jalan. Karena itu, kami telah mempersiapkan segalanya untuk tes tersebut,” ujar Guareschi.

Cinta di Penghujung Ujian (perbaikan)

Minggu, 14 November 2010

C

inta itu bisa ngubah karakter orang. Yang tadinya periang bisa menjadi pemuram, yang tadinya pendiem kayak ayam lagi ngeramin telurnya trus dibekuin di kutub utara, bisa berubah menjadi sinting banget kelakuannya. Yang tadinya pelit, bisa jadi boros. Pengaruh cinta emang dahsyat, melebihi dahsyatnya anggur merah yang dinyanyiin alm. Meggy Z. Dan contohnya bisa diliat dari kelakuan Abi dari kelas XII IPA di SMAN 1 PPU yang berubah 180o (biar aga’ lebay dikit, kan sekarang jamannya anak-anak lebay) dari kelakuan biasanya.

Seminggu yang lalu Abi baru jadian sama Nesa anak kelas X-3. Nesa emang cantik banget dan seksi abis! Hebat juga si Abi yang wajahnya biasa-biasa aja dan bodinya tipis kayak papan selancar (papan selancar kan lebih tebel dibanding tripleks) bisa ngedapetin cewek berbodi seksi ala jempol kaki Paris Hilton. Yang bikin bingung bagi dua sahabat baiknya, Dito dan Aryo adalah kok bisa Abi jadian sama cewek kayak Nesa. Nesa itu punya karakter sama dengan cewek cantik kebanyakan. Egois abis. Susah dibikin seneng dan sulit ditebak maunya. Kalo kita smsin atau telponin terus, dia ngerasa dibatesin dan menganggap kita posesif. Tapi, kalo kita cuekin seharian aja, dia ngomel-ngomel, “Nggak punya pacar ya? Ngerasa jomblo, ya?”

Maunya nggak jelas dah.

Tapi kayaknya si Abi udah kepincut abis sama Nesa, padahal biasanya dia nggak pernah merhatiin cewek meskipun Nadine Chandrawinata di depannya. Jadi, meskipun nggak jelas, yah dijalanin aja. Dan yang bikin ngebetein dari Abi saat dia pacaran bagi Dito dan Aryo yang mengerti kelakuan sahabatnya itu adalah dia nggak pendiam dengan gaya sok cool-nya kayak dulu lagi dan nggak fun lagi. Tapi pacaran sama Nesa, sifat romantis dari Abi yang dulu nggak pernah nongol meskipun sedikit sekarang mulai muncul. Buktinya, Abi rela buatin Nesa kalung dari manik-manik, dan sebaris kalimat, “Dear Nesa, seluruh malam dalam hidupku bakal kuhabiskan buat ngimpiin kamu…” Dan mungkin itu yang bikin Nesa jatuh cinta.

Tapi cinta itu bener-bener hanya berlangsung seminggu, karena punya cewek cantik dan seksi kayak Nesa itu emang bikin stress! Ngedapetinnya nggak sesulit mempertahankannya! Mungkin karena merasa dirinya cantik, cewek tuh biasanya jadi belagu dan mau seenak-enaknya sendiri. Kalo maunya nggak diturutin, ancemannya sederhana: “Gue putusin lo!”

Nah, si cowok biasanya belingsatan kalo udah diancam begitu. Karena si cewek merasa kalo cowoknya lah yang ngebet banget deketin dia, sedangkan si cewek cantik ngerasa biasa-biasa aja.

Di final pertandingan basket SMAN 1 PPU, tim dari kubu kelas X-1 yang dipimpin oleh Restu melawan tim XII IPA yang dipimpin oleh Abi. Abi merasa bahwa Nesa selalu memperhatikannya dalam pertandingan, padahal saat itu Nesa sedang ngincer Restu yang badannya lebih tegap dan besar dibanding badan Abi yang kayak papan selancar. Sering Restu menanggapi senyuman yang dilemparkan dari Nesa dengan senyumannya yang bikin cewek ketar-ketir.

Pertandingan itu dimenangkan oleh tim Restu, dengan Restu sebagai top scorer. Cowok itu pun dielu-elukan layaknya bintang lapangan. Restu jadi the guy of the day!

Sayang ketika Abi mengharapkan dilap keringatnya oleh sapu tangan dari Nesa, Nesa malah mendekati Restu dan membuatnya cemburu. Lalu dengan panas kepalanya (sampai-sampai temen-temenya udah nyediain termos isi air untuk direbus dikepalanya, hehehe) ia menghampiri Nesa. Dan Nesa pun menghampiri Abi. Restu keliatan menahan tangan Nesa, tapi Nesa membujuk, “Bentar… aja!”

“Nes, kamu kenapa sih? Kok kayaknya bĂȘte sama aku? Trus, kamu kok akrab banget ma Restu?” Tanya Abi penasaran.

Nesa memasang wajah jutek. “Emangnya enggak boleh?”

“Lho, trus kita?”

“Emangnya ada apa lagi dengan kita?”

“Kok kamu ngomongnya gitu sih, jadi berubah? Kenapa sih? Ada apa, Nes?”

“Mau tau kenapa? Karena kamu tuh ngebosenin, nggak pernah ngasih kejutan, gampang ketebak, dan basi abis. Jelas???”

Abi shock dengan kata-kata yang terlontar dari bibir manis Nesa, namun sekarang bagi Abi bibir Nesa sekarang adalah bibir tajam, yang setajam closet silet (dengan gaya Feny Rose). Dia nggak nyangka ada cewek yang sebegitu nggak berperasaannya mempermainkan cowok.

“J…jadi apa arti dari hubungan kita selama ini?”

Nesa tersenyum sepet, ngalahin sepetnya buah dondong. “Bi, sebenernya aku Cuma kasian aja sama kamu, tau nggak? Kamu tuh udah basi! Udah nggak zaman. Liat aja, hare gene masih pake jambul Duran Duran? Duran Duran aja udah basi, tau nggak! Sekarang udah jamannya Justin Bieber!”

“Lho, Duran Duran aja mau kerja sama kok sama Justin Bieber bikin album?” bela Abi.

Whatever! Asal kamu tau, kamu enggak pernah bisa bikin aku bangga sebagai pacar kamu!” Nesa lalu balik badan hendak pergi, Abi lekas mencekal lengannya.

“Nes, tunggu dulu! Jadi kamu maunya apa?”

Nesa dengan kasar mengibaskan tangannya. “Mauku? Mauku kita putus!”

Bersamaan dengan Nesa menyebut kata “putus”, kalung manic-manik bikinan Abi yang selama ini melingkar indah di leher Nesa pun putus. Dan Nesa tak peduli kalung kenang-kenangan itu putus. Ia pergi begitu aja.

Abi bengong. Nggak tau harus ngomong apa.

Satu menit… dua menit…

Abi tersadar dari lamunannya. Dan tau-tau Nesa udah pergi. Dan gedung basket itu sudah sepi, ia sendirian. Lampu satu persatu mati. Tinggal satu lampu yang tersisa, dan menyorot dia atas kepala Abi. Ia jadi merasa seperti Mr.Bean. Sendiri, anomali, dan kesepian…

Abi perih merasakan kesedihan dan kesepiannya yang paling mencekam untuk pertama kali dalam hidupnya. Lalu langkah-langkahnya menggema meninggalkan gedung basket itu.

Seminggu kemudian, Abi masih dalam keadaan patah hatinya. Namun ada anak kelas X-4 yang mendekatinya, tetapi nggak ditanggapi sedikitpun sama Abi. Temen sekelasnya emang dukung untuk nggak usah nanggapi, kan saat ini Abi masih stress menghadapi masa terpuruk dalam kehidupan asmaranya. Dia terlihat murung banget. Hihihi, karena lagi murung, dia jadi inget tebakan dari Aryo (temennya yang paling doyan tebak-tebakan). Apa bedanya pemurung sama pemulung?

Kata Aryo, pemurung orang yang tidak pernah merasa gembira, sedangkan pemulung olang yang tidak pelnah melasa gembila. Hihihi. Tapi kali ini Abi nggak bisa ketawa. Cuma penulisnya aja yang cekakakan.

Rintihan hati Abi itu pun ia seret sampe ke kamarnya. Abi bengong aja, sampai hp nya bedering membuyarkan bengongannya. Ia dengan males-malesan membuka hp-nya dan membaca sms dari temen sekelasnya yang bernama Enny. Enny memberi semangat kepada Abi agar ia tidak terlalu dalam terpuruk dalam sakitnya cinta. Enny merupakan bendahara kelas yang cukup galak selama menjabat, mungkin karena malasnya teman-teman Abi untuk membayar uang cas. Tapi perhatian dari Enny membuka hati Abi, bahwa di dunia ini nggak cuma Nesa seorang, tetapi masih ada orang lain yang memperhatikannya.

Karena telah seminggu berlalu dari kejadian putus cinta Abi, ia sudah mulai semangat bersekolah. Dan temen-temen sekelasnya mendukung perubahannya saat ini, terutama Dito dan Aryo yang menyambut hangat Abi karena telah seperti dulu lagi (sampai-sampai kayak merayakan tahun baru dengan melepaskan kembang api dan pelepasan burung merpati, hehehe). Tofik yang disogok sama anak X-4 pake kopi anget + gorengan untuk nyalamin dia sama Abi. Langsung aja Tofik menyampaikannya, mumpung Abi dalam keadaan normal. Tiba-tiba Enny langsung teriak mengagetkan para temannya. “Aku nggak setuju kalo bang Abi deket sama anak itu, ntar bakalan sama lagi kejadiannya.”

“Aku nyantai aja sih, kok kamu yang repot?” Tanya Abi dengan gaya sok cool-nya seperti dulu.

Langsung aja suara satu kelas bergemuruh berteriak, “Cieh… cieh… cieh”. Wajah Enny langsung merah padam.

Pada malam harinya Abi memikirkan kata-kata Enny, “Aku nggak setuju kalo bang Abi deket sama anak itu…” Dia berpikir. ”Apakah Enny menyukaiku ya? Tapi apa mungkin? Bukankah kami telah sekelas selama tiga tahun, kenapa baru sekarang aku sadari? Kenapa perasaan ini baru datang sekarang?”

Tiba-tiba hp-nya berdering. “SMS dari Enny!” Hati Abi bergetar (mengalahkan getaran hp-nya) sama seperti saat ia menerima sms dari Nesa. Enny selalu memberi perhatian kepadanya, bahkan Nesa tidak pernah memberi perhatian kepadanya. Tapi ketika dia sedang melamun, ada sms lagi, apakah sms dari Enny lagi? Ternyata sms dari Ikke, anak kelas X-4 itu.

Keesokan harinya sudah ada dua sms di hp Abi, tentu saja dari Enny dan Ikke. Mereka berdua hanya mengetik “selamat pagi”. Tapi dimata Abi, itu adalah sebuah bentuk perhatian yang baru ia dapatkan dari seorang cewek.

Setelah masuk sekolah, Abi curhat dengan Dito dan Aryo. “Gimana nih, dua-duanya ngasih sinyal kayaknya buat aku?”

“Bener juga sih kata Enny, daripada kayak dulu lagi. Yang buat aku yakin kayak dulu lagi adalah Ikke cantik dan jadi incaran banyak cowok. Nggak mungkin dia cuma perhatian ma kamu aja, kalo ada yang lebih ganteng pasti dia lebih milih yang lain.” Kata Dito sok bijak.

“Heleh, bukan masalah itu, yang penting siapa yang sinyalnya paling kuat. Biar hubungan berjalan lancar, nggak putus-putus. Kan sekarang dah banyak operator dengan sinyal kenceng.” Aryo menimpali dengan bercanda.

“Emang sih, aku mikirin kata-kata Enny itu semaleman. Tapi apa mungkin aku baru jatuh hati saat ini?” Abi bicara menghadap Dito dan seolah-olah tidak menganggap ada manusia lain selain mereka berdua.

“Kalo gitu sih, tergantung kamu aja. Hatimu membuka ke Enny atau Ikke.” Dito dengan nada tambah serius.

“Jelek sifat nih dua orang ini, aku nggak dianggep.” Aryo menyadarinya.

Besok harinya, Abi terlihat sangat dekat dengan Enny dibanding hari-hari sebelumnya. Mulai dari berangkat, Abi yang menjemput Enny. Ketika istirahat Abi duduk di samping Enny, lalu digusur oleh Annis yang memang seharusnya menempati tempat di samping Enny. Lalu setiap disuruh oleh guru untuk foto copy atau mengambil sesuatu, Enny selalui mengajak Abi. Pulang sekolah Abi mengantar Enny pulang. Dan kegiatan itu dilakukan setiap hari.

Aryo akhirnya mengetahui bahwa Abi dan Enny sedang pedekate, Aryo selalu mengejek dan menyuruh temen sekelas untuk menyoraki mereka berdua. Setiap Aryo melihat mereka berdua, ia mengajak Dito untuk mengejek. Tidak tau waktu, tidak tau tempat Aryo selalu menggoda mereka berdua. Yang bikin jengkel adalah ketika mereka belajar dan ada guru, Aryo selalu mengajak teman-temannya untuk berteriak heboh. Sehingga besok-besoknya semua guru yang masuk sudah teriak duluan sebelum Aryo memberi kode. Hehehe.

Abi berpikir dalam hatinya yang terdalam. “Apakah memang hatiku saat ini baru terbuka buat Enny? Kenapa baru sekarang? Padahal seharusnya kebersamaan ini bisa selama tiga tahun, kebersamaan yang sangat dekat. Apakah akan bisa berlanjut sampai nanti? Padahal nanti aku bakal ngelanjutin bisnis ayahku, sedangkan dia kuliah. Aku nggak mungkin bisa jaga dia selama kuliah. Pasti dia bakalan dapat cowok baru.”

Ia langsung menelpon Enny untuk mengungkapkan isi hatinya. “Malem En.”

“Malem, tumben nelpon?” Sahut Enny diujung sana.

“Gini, emm…sebenarnya aku mau nanya.”

“Nanya apa?”

“Apa kamu suka sama aku? Hehehe, mungkin aku keterlaluan nanya kayak gitu.”

“Enggak apa-apa kok, sebenernya aku baru sadar kalo aku suka sama abang.”

Abi nyengir kemenangan. Tetapi, dia jadi teringat alasan Nesa waktu mutusin dia dulu. “Serius? Kok kita sama? Aku juga mikirin itu. Tapi, bukannya aku nggak gaul? Nggak pernah ngasih surprise, gampang ketebak. Basi… ”

“Hehehe, aku jadi ingat kata abang sama temen-temen pas diolok. Kalo jodoh nggak kemana. Terus aku nggak suka dikasih kejutan, sukanya ngasih kejutan! Hahaha!”

“Seandainya cinta ini datang lebih cepat, pasti kita bisa ngerasakannya dari dulu, nggak perlu takut berpisah karena selesai ujian.”

“Iya ya, tapi mau gimana lagi? Kan ngerasanya baru sekarang. Abang ikut kuliah aja sama aku. Ngikut aku.”

“Aku disuruh nerusin bisnis ayahku.”

“Kenapa nggak dilanjutin pendidikannya?”

“Ntar aku kompromiin ma ayahku, sapa tau aku bisa ngelanjutin kuliah bareng kamu.”

“Oh iya, bang Abi suka sama aku, kenapa?”

“Karena kamu bikin aku lebih ‘hidup’ dan kembali jadi aku yang dulu, yang apa adanya, dan nggak palsu.” Seandainya Enny ada di dekatnya, pasti Abi sudah menggenggam tangan Enny dengan hangat. ”Dan aku makin sayang dan cinta sama kamu…”

“Aku juga bang Abi.” Tiba-tiba terdengar suara kakak Enny yang mengingatkannya untuk belajar diseberang sana (ia sangat perhatian kepada adiknya agar adiknya selalu mempertahankan prestasinya). “Ya udah, aku mau belajar dulu, besok mau ulangan lo.”

“Oh iya, aku lupa. Habisnya aku mikirin kamu terus. Ya udah, Assalamualaikum”

“Hehehe, Waalaikumsalam”

Akhirnya terobati juga rindu dan lega juga persaan Abi, karena semuanya sudah ia ungkapkan kepada Enny. Semuanya sudah jelas, bahwa Abi dan Enny saling menyayangi.

Setiap hari mereka lalui bersama dengan bahagia.

Hingga kelulusan tiba. Semua murid berbahagia, karena tak ada satupun murid yang mengulang, mereka semua lulus. Tapi diantara tangis bahagia, ada juga tangis kesedihan karena mereka semua akan berpisah. Terutama Abi dan Enny, yang merasakan indahnya cinta selama kurang lebih selama 4 bulan, setelah mereka memisahkan diri dari teman-teman mereka. Begitu melihat Abi, Enny langsung memekik dan berlari memeluk cowok itu. Mereka terus berpelukan, seakan tak mau lepas. Seolah-olah, ini adalah hari terkakhir mereka bertemu.

Dito, Aryo, dan Tofik melihat (sebenernya ngintip sih) Abi yang akan ditinggalkan bidadarinya. Mereka bahagia sekaligus sedih karena sahabatnya telah menemukan bidadarinya, tetapi harus pergi. Mereka selalu menyimpan di dalam otaknya kata-kata Tukul Arwana ”Senanglah jika melihat temanmu senang, dan jangan senang melihat temanmu susah, atau susah melihat temanmu senang.”

Kisah Kasih di Penghujung Ujian

Senin, 08 November 2010

C

inta tuh bisa ngubah karakter orang. Yang tadinya periang bisa menjadi pemuram, yang tadinya pendiem kayak ayam lagi ngeramin telurnya trus dibekuin di kutub utara, bisa berubah menjadi sinting banget kelakuannya. Yang tadinya pelit, bisa jadi boros. Pengaruh cinta emang dahsyat, melebihi dahsyatnya anggur merah yang dinyanyiin alm. Meggy Z. Dan contohnya bisa diliat dari kelakuan Abi dari kelas XII IPA yang berubah 180o (biar aga’ lebay dikit, kan sekarang jamannya anak-anak lebay) dari kelakuan biasanya.

Seminggu yang lalu Abi baru jadian sama Nesa anak kelas X-3. Nesa emang cantik banget dan seksi abis! Hebat juga si Abi yang wajahnya biasa-biasa aja dan bodinya tipis kayak papan selancar (papan selancar kan lebih tebel dibanding triplkeks) bisa ngedapetin cewek berbodi seksi ala jempol kaki Paris Hilton. Yang bikin bingung bagi dua sahabat baiknya, Dito dan Aryo adalah kok bisa Abi jadian sama cewek kayak Nesa. Nesa itu punya karakter sama dengan cewek cantik kebanyakan. Egois abis. Susah dibikin seneng dan sulit ditebak maunya. Kalo kita smsin atau telponin terus, dia ngerasa dibatesin dan menganggap kita posesif. Tapi, kalo kita cuekin seharian aja, dia ngomel-ngomel, “Nggak punya pacar ya? Ngerasa jomblo, ya?”

Maunya nggak jelas dah.

Tapi kayaknya si Abi udah kepincut abis sama Nesa. Jadi, meskipun nggak jelas, yah dijalanin aja. Dan yang bikin ngebetein dari Abi saat dia pacaran bagi Dito dan Aryo yang mengerti kelakuan sahabatnya itu adalah dia nggak pendiam dengan gaya sok cool-nya kayak dulu lagi dan nggak fun lagi. Tapi pacaran sama Nesa, sifat romantis dari Abi yang dulu nggak pernah nongol meskipun sedikit sekarang mulai muncul. Buktinya, Abi rela buatin Nesa kalung dari manik-manik, dan sebaris kalimat, “Dear Nesa, seluruh malam dalam hidupku bakal kuhabiskan buat ngimpiin kamu…” Dan mungkin itu yang bikin Nesa jatuh cinta.

Tapi cinta itu bener-bener hanya berlangsung seminggu, karena punya cewek cantik dan seksi kayak Nesa itu emang bikin stress! Ngedapetinnya nggak sesulit mempertahankannya! Mungkin karena merasa dirinya cantik, cewek tuh biasanya jadi belagu dan mau seenak-enaknya sendiri. Kalo maunya nggak diturutin, ancemannya sederhana: “Gue putusin lo!”

Nah, si cowok biasanya belingsatan kalo udah diancam begitu. Karena si cewek merasa kalo cowoknya lah yang ngebet banget deketin dia, sedangkan si cewek cantik ngerasa biasa-biasa aja.

Di final pertandingan basket, tim dari kubu kelas X-1 yang dipimpin oleh Restu melawan tim XII IPA yang dipimpin oleh Abi. Abi merasa bahwa Nesa selalu memperhatikannya dalam pertandingan, padahal saat itu Nesa sedang ngincer Restu yang badannya lebih tegap dan besar dibanding badan Abi yang kayak papan selancar. Sering Restu menanggapi senyuman yang dilemparkan dari Nesa dengan senyumannya yang bikin cewek ketar-ketir.

Pertandingan itu dimenangkan oleh tim Restu, dengan Restu sebagai top scorer. Cowok itu pun dielu-elukan layaknya bintang lapangan. Restu jadi the guy of the day!

Sayang ketika Abi mengharapkan dilap keringatnya oleh sapu tangan dari Nesa, Nesa malah mendekati Restu dan membuatnya cemburu. Lalu dengan panas kepalanya (sampai-sampai temen-temenya udah nyediain termos isi air untuk direbus dikepalanya, hehehe) ia menghampiri Nesa. Dan Nesa pun menghampiri Abi. Restu keliatan menahan tangan Nesa, tapi Nesa membujuk, “Bentar… aja!”

“Nes, kamu kenapa sih? Kok kayaknya bĂȘte sama aku? Trus, kamu kok akrab banget ma Restu?” Tanya Abi penasaran.

Vera memasang wajah jutek. “Emangnya enggak boleh?”

“Lho, trus kita?”

“Emangnya ada apa lagi dengan kita?”

“Kok kamu ngomongnya gitu sih, jadi berubah? Kenapa sih? Ada apa, Nes?”

“Mau tau kenapa? Karena kamu tuh ngebosenin, nggak pernah ngasih kejutan, gampang ketebak, dan basi abis. Jelas???”

Abi shock dengan kata-kata yang terlontar dari bibir manis Nesa, namun sekarang bagi Abi bibir Nesa sekarang adalah bibir tajam, yang setajam closet silet (dengan gaya Feny Rose). Dia nggak nyangka ada cewek yang sebegitu nggak berperasaannya mempermainkan cowok.

“J…jadi apa arti dari hubungan kita selama ini?”

Nesa tersenyum sepet, ngalahin sepetnya buah dondong. “Bi, sebenernya aku Cuma kasian aja sama kamu, tau nggak? Kamu tuh udah basi! Udah nggak zaman. Liat aja, hare gene masih pake jambul Duran Duran? Duran Duran aja udah basi, tau nggak! Sekarang udah jamannya Justin Bieber!”

“Lho, Duran Duran aja mau kerja sama kok sama Justin Bieber bikin album?” bela Abi.

Whatever! Asal kamu tau, kamu enggak pernah bisa bikin aku bangga sebagai pacar kamu!” Nesa lalu balik badan hendak pergi, Abi lekas mencekal lengannya.

“Nes, tunggu dulu! Jadi kamu maunya apa?”

Nesa dengan kasar mengibaskan tangannya. “Mauku? Mauku kita putus!”

Bersamaan dengan Nesa menyebut kata “putus”, kalung manic-manik bikinan Abi yang selama ini melingkar indah di leher Nesa pun putus. Daan Nesa tak peduli kalung kenang-kenangan itu putus. Ia pergi begitu aja.

Abi bengong. Nggak tau harus ngomong apa.

Satu menit… dua menit…

Abi tersadar dari lamunannya. Dan tau-tau Nesa udah pergi. Dan gedung basket itu sudah sepi, ia sendirian. Lampu satu persatu mati. Tinggal satu lampu yang tersisa, dan menyorot dia atas kepala Abi. Ia jadi merasa seperti Mr.Bean. Sendiri, anomali, dan kesepian…

Abi perih merasakan kesedihan dan kesepiannya yang paling mencekam untuk pertama kali dalam hidupnya. Lalu langkah-langkahnya menggema meninggalkan gedung basket itu.

Seminggu kemudian, Abi masih dalam keadaan patah hatinya. Namun ada anak kelas X-4 yang mendekatinya, tetapi nggak ditanggapi sedikitpun sama Abi. Temen sekelasnya emang dukung untuk nggak usah nanggapi, kan saat ini Abi masih stress menghadapi masa terpuruk dalam kehidupan asmaranya. Dia terlihat murung banget. Hihihi, karena lagi murung, dia jadi inget tebakan dari Aryo (temennya yang paling doyan tebak-tebakan). Apa bedanya pemurung sama pemulung?

Kata Aryo, pemurung orang yang tidak pernah merasa gembira, sedangkan pemulung olang yang tidak pelnah melasa gembila. Hihihi. Tapi kali ini Abi nggak bisa ketawa. Cuma penulisnya aja yang cekakakan.

Rintihan hati Abi itu pun ia seret sampe ke kamarnya. Abi bengong aja, sampai hp nya bedering membuyarkan bengongannya. Ia dengan males-malesan membuka hp-nya dan membaca sms dari temen sekelasnya yang bernama Enny. Enny memberi semangat kepada Abi agar ia tidak terlalu dalam terpuruk dalam sakitnya cinta. Enny merupakan bendahara kelas yang cukup galak selama menjabat, mungkin karena malasnya teman-teman Abi untuk membayar uang cas. Tapi perhatian dari Enny membuka hati Abi, bahwa di dunia ini nggak cuma Nesa seorang, tetapi masih ada orang lain yang memperhatikannya.

Karena telah seminggu berlalu dari kejadian putus cinta Abi, ia sudah mulai semangat bersekolah. Dan temen-temen sekelasnya mendukung perubahannya saat ini, terutama Dito dan Aryo yang menyambut hangat Abi karena telah seperti dulu lagi (sampai-sampai kayak merayakan tahun baru dengan melepaskan kembang api dan pelepasan burung merpati, hehehe). Tofik yang disogok sama anak X-4 pake kopi anget + gorengan untuk nyalamin dia sama Abi. Langsung aja Tofik menyampaikannya, mumpung Abi dalam keadaan normal. Tiba-tiba Enny langsung teriak mengagetkan para temannya. “Aku nggak setuju kalo bang Abi deket sama anak itu, ntar bakalan sama lagi kejadiannya.”

“Aku nyantai aja sih, kok kamu yang repot?” Tanya Abi dengan gaya sok cool-nya seperti dulu.

Langsung aja suara satu kelas bergemuruh berteriak, “Cieh… cieh… cieh”. Wajah Enny langsung merah padam.

Pada malam harinya Abi memikirkan kata-kata Enny, “Aku nggak setuju kalo bang Abi deket sama anak itu…” Dia berpikir. ”Apakah Enny menyukaiku ya? Tapi apa mungkin? Bukankah kami telah sekelas selama tiga tahun, kenapa baru sekarang aku sadari? Kenapa perasaan ini baru datang sekarang?”

Tiba-tiba hp-nya berdering. “SMS dari Enny!” Hati Abi bergetar (mengalahkan getaran hp-nya) sama seperti saat ia menerima sms dari Nesa. Enny selalu memberi perhatian kepadanya, bahkan Nesa tidak pernah memberi perhatian kepadanya. Tapi ketika dia sedang melamun, ada sms lagi, apakah sms dari Enny lagi? Ternyata sms dari Ikke, anak kelas X-4 itu.

Keesokan harinya sudah ada dua sms di hp Abi, tentu saja dari Enny dan Ikke. Mereka berdua hanya mengetik “selamat pagi”. Tapi dimata Abi, itu adalah sebuah bentuk perhatian yang baru ia dapatkan dari seorang cewek.

Setelah masuk sekolah, Abi curhat dengan Dito dan Aryo. “Gimana nih, dua-duanya ngasih sinyal kayaknya buat aku?”

“Bener juga sih kata Enny, daripada kayak dulu lagi. Yang buat aku yakin kayak dulu adalah Ikke cantik dan jadi incaran banyak cowok. Nggak mungkin dia cuma perhatian ma kamu aja, kalo ada yang lebih ganteng pasti dia lebih milih yang lain.” Kata Dito sok bijak.

“Heleh, bukan masalah itu, yang penting siapa yang sinyalnya paling kuat. Biar hubungan berjalan lancar, nggak putus-putus. Kan sekarang dah banyak operator dengan sinyal kenceng.” Aryo menimpali dengan bercanda.

“Emang sih, aku mikirin kata-kata Enny itu semaleman. Tapi apa mungkin aku baru jatuh hati saat ini?” Abi bicara menghadap Dito dan seolah-olah tidak menganggap ada manusia lain selain mereka berdua.

“Kalo gitu sih, tergantung kamu aja. Hatimu membuka ke Enny atau Ikke.” Dito dengan nada tambah serius.

“Jelek sifat nih dua orang ini, aku nggak dianggep.” Aryo menyadarinya.

Besok harinya, Abi terlihat sangat dekat dengan Enny dibanding hari-hari sebelumnya. Mulai dari berangkat, Abi yang menjemput Enny. Ketika istirahat Abi duduk di samping Enny, lalu digusur oleh Annis yang memang seharusnya menempati tempat di samping Enny. Lalu setiap disuruh oleh guru untuk foto copy atau mengambil sesuatu, Enny selalui mengajak Abi. Pulang sekolah Abi mengantar Enny pulang. Dan kegiatan itu dilakukan setiap hari.

Aryo akhirnya mengetahui bahwa Abi dan Enny sedang pedekate, Aryo selalu mengejek dan menyuruh temen sekelas untuk menyoraki mereka berdua. Setiap Aryo melihat mereka berdua, ia mengajak Dito untuk menhgejek. Tidak tau waktu, tidak tau tempat Aryo selalu menggoda mereka berdua. Yang bikin jengkel adalah ketika mereka belajar dan ada guru, Aryo selalu mengajak teman-temannya untuk berteriak heboh. Sehingga besok-besoknya semua guru yang masuk sudah teriak duluan sebelum Aryo memberi kode. Hehehe.

Abi berpikir dalam hatinya yang terdalam. “Apakah memang hatinya saat ini baru terbuka buat Enny? Kenapa baru sekarang? Padahal seharusnya kebersamaan ini bisa selama tiga tahun, kebersamaan yang sangat dekat. Apakah akan bisa berlanjut sampai nanti? Padahal nanti aku bakal ngelanjutin bisnis ayahku, sedangkan dia kuliah. Aku nggak mungkin bisa jaga dia selama kuliah. Pasti dia bakalan dapat cowok baru.”

Ia langsung menelpon Enny untuk mengungkapkan isi hatinya. “Malem En.”

“Malem, tumben nelpon?” Sahut Enny diujung sana.

“Gini, emm…sebenarnya aku mau nanya.”

“Nanya apa?”

“Apa kamu suka sama aku? Hehehe, mungkin aku keterlaluan nanya kayak gitu.”

“Enggak apa-apa kok, sebenernya aku baru sadar kalo aku suka sama abang.”

“Serius? Kok kita sama? Aku juga mikirin itu.”

“Hehehe, aku jadi ingat kata abang sama temen-temen pas diolok. Kalo jodoh nggak kemana.”

“Seandainya cinta ini datang lebih cepat, pasti kita bisa ngerasakannya dari dulu, nggak perlu taku berpisah karena selesai ujian.”

“Iya ya, tapi mau gimana lagi? Kan ngerasanya baru sekarang. Abang ikut kuliah aja sama aku. Ngikut aku.”

“Aku disuruh nerusin bisnis ayahku.”

“Kenapa nggak dilanjutin pendidikannya?”

“Ntar aku omongin ma ayahku.”

“Ya udah, aku mau belajar dulu, besok mau ulangan lo.”

“Oh iya, aku lupa. Habisnya aku mikirin kamu terus. Ya udah, Assalamualaikum”

“Waalaikumsalam”

Akhirnya terobati juga rindu dan lega juga persaan Abi, karena semuanya sudah ia ungkapkan kepada Enny. Semuanya sudah jelas, bahwa Abi dan Enny saling menyukai.

Akhirnya mereka mendapatkan ending yang bahagia, karena hari-hari mereka sebelum kelulusan dilengkapi kebahagiaan. Dito dan Aryo juga senang melihat temannya senang, mereka selalu menyimpan di dalam otaknya kata-kata Tukul Arwana ”Senanglah jika melihat temanmu senang, dan jangan senang melihat temanmu susah, susah melihat temanmu senang.”

Hasil GP Estoril, Portugal.

Selasa, 02 November 2010



ESTORIL, Juara dunia baru, Jorge Lorenzo menyempurnakan gelarnya dengan meraih gelar juara kedelapan di GP Portugal, Minggu.

Di sirkuit Estoril, pebalap Spanyol tersebut menunjukkan dominasinya dengan mengatasi rekan setimnya, Valentino Rossi.


Pebalap asal Italia lainnya, Andrea Dovizioso dari Honda masuk finish di urutan tiga.Lorenzo melampaui Rossi saat lomba tersisa 11 lap dan masuk finis dengan terpaut 8.6 detik di depan pebalap asal Italia tersebut. Ini merupakan gelar juara ke tiga di Portugal dan yang pertama dalam dua bulan terakhir.

Musim balap 2010 akan berakhir di GP Valencia, pekan depan.

Kegagalan Casey Stoner menyelesaikan balapan di Estoril membuat posisi di klasemen disalip oleh ‘The Doctor’ Valentino Rossi. Kini Stoner ada di peringkat keempat dengan 205 poin, terpaut 12 poin dari Rossi yang mengumpulkan 217 poin.

Finis kedelapan setelah absen di beberapa seri, membuat posisi Dani Pedrosa masih ada di peringkat kedua. ‘The Little Spaniard’ sekarang mengumpulkan 236 poin, unggul 19 poin dari Rossi dan 31 poin dari Stoner.

Sementara itu, finis dipodium ketiga membuat poin Andrea Dovisiozo di klasemen mendekati stoner. Tambahan 16 poin, Dovi kini tertinggal 10 poin dari Stoner. Dengan finis kelima di Estoril, poin Hayden menyamain poin Ben Spies dengan 163 poin.

Seri pamungkas akan digelar di Sirkuit Ricardo Tormo, Valencia, Spanyol. Hari Minggu tanggal 7 November 2010.

Hasil GP Portugal:

1. Jorge Lorenzo (ESP) Yamaha 46min 17.962stk,
2. Valentino Rossi (ITA) Yamaha at 8.629stk,
3. Andrea Dovizioso (ITA) Honda 26.475,
4. Marco Simoncelli (ITA) Honda 26.534,
5. Nicky Hayden (USA) Ducati 27.154,
6. Randy de Puniet (FRA) Honda 28.297,
7. Colin Edwards (USA) Yamaha 30.109,
8. Dani Pedrosa (ESP) Honda 44.947,
9. Marco Melandri (ITA) Honda 1:13.649,
10. Hector Barbera (ESP) Ducati 1:17.721.


Klasemen Sementara MotoGP 2010 Setelah GP Estoril, Portugal 2010

1. Jorge Lorenzo (Fiat Yamaha) 358 poin
2. Dani Pedrosa (Repsol Honda) 236 poin
3. Valentino Rossi (Fiat Yamaha) 217 poin
4. Casey Stoner (Ducati MotoGP) 205 poin
5. Andrea Dovisiozo (Repsol Honda) 195 poin
6. Ben Spies (Tech 3 Yamaha) 163 poin
7. Nicky Hayden (Ducati MotoGP) 163 poin
8. Marco Simoncelli (Honda Gresini) 115 poin
9. Randy de Puniet (LCR Honda) 110 poin
10. Marco Melandri (Honda Gresini) 100 poin
11. Colin Edwards (Tech 3 Yamaha) 99 poin
12. Hector Barbera (Ducati Aspar) 82 poin
13. Alvaro Bautista (Rizla Suzuki) 78 poin
14. Aleix Espargaro (Pramac Ducati) 60 poin
15. Hiroshi Aoyama (Interwetten Honda) 51 poin
16. Loris Capirossi (Rizla Suzuki) 44 poin
17. Mika Kallio (Pramac Ducati) 43 poin
18. Alex de Angelis (Honda) 11 poin
19. Roger Lee Hayden (Honda) 5 poin
20. Kousuke Akiyoshi (Honda) 4 poin
21. Wataru Yoshikawa (Yamaha) 1 poin
22. Carlos Checa (Ducati Pramac) 0 poin